Bahaya Kecanduan Game Online Pada Anak – Genetik menentukan Kasus kecanduan game online kini tumbuh dengan pesat seiring mudahnya mendapatkan akses internet di rumah-rumah. Saat anak di rumah mengisi waktu bermainnya dengan menjelajah internet, di sanalah anak akan mulai mengenal game online. Bila orangtua tidak mengawasi atau membatasi waktu anak dalam bermain game, frekuensi permainan menjadi semakin sering dan waktunya lama. Lamalama waktu tidurnya berkurang, aktivitas di luar rumah semakin jarang, anak makin senang menyendiri, sekolah makin malas, prestasi menurun, serta motivasi menurun.
Baca Juga : Apakah Octafx Terdaftar di Bappebti | OctaFx Scam & Penipuan ga sih ?
“Yang diingat, hanya game,” tutur Suzy. Menariknya, seperti pemaparan Suzy, awal mula kecanduan ini bukan hanya disebabkan dari kebiasaan yang berulang-ulang. Ada juga faktor genetik. Artinya, dalam kondisi yang sama, ada orang yang bisa menjadi pecandu, namun ada yang tidak. Faktor genetik memang memperbesar kemungkinan menjadi pecandu, namun bisa dicegah bila lingkungan dan pola asuhnya bagus. Sedangkan Mega mengungkapkan, awalnya para pemain game online hanya menjadikan permainan ini sebagai rekreasi. Namun ketika prefrontal cortex (PFC) atau bagian otak manusia yang paling depan, mulai menangkap tayangan game online, muncul hormon dopamin. Hormon inilah yang menghasilkan zat-zat yang dapat membuat anak merasa senang, hingga timbul rasa kecanduan. Anak yang telah kecanduan, cenderung akan terus mengulang dan memainkan kembali permainan. Namun bahayanya, ketika mereka dilarang, akan timbul ciri-ciri seperti orang yang mengalami gangguan obsesif kompulsif. “Timbul rasa cemas, depresi, bahkan bisa berujung pada bunuh diri,” tegas Mega. Sebagai bagian dari otak, PFC sendiri memiliki fungsi konsentrasi, menimbang, mengendalikan diri, menentukan rasa puas, berpikir secara jernih, serta mengatur masa depan. Tentu bisa dibayangkan ketika fungsi-fungsi ini terganggu oleh sinyal yang diberikan game online. Menurut Suzy, pengaruhnya bisa kepada kecerdasan.
Sumber : https://teknorus.com/